RSS

keperawatan jiwa Harga diri Rendah

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA  HARGA DIRI RENDAH







20141002174916.jpg
Oleh:
1.Lilik Noviani
2. Rizka Hidayatul P


PRODI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL’ULUM JOMBANG
2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
            Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1). Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010.(http//www.pikiran rakyat.com)
            Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut diperparah dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam, diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persaingan antar individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
            Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar untuk meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih untuk tinggal lagi di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya. Keluarga mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya tidak sedikit yang memilih kabur.
B.    Tujuan Penulisan
1.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman langsung dalam memberikan asuhan keperawatan klien Ny. B dengan Harga Diri Rendah Kronis.
1.2 Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis, penyusun akan dapat :
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.
2)  Merumuskan diagnosa keperawatan yang timbul pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.
3) Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.
4)      Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.
5) Membuat evaluasi dari tindakan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.
6) Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.






















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1.    DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian prilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a.    Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
b.    Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c.    Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja
d.   Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 1998).
e.    Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998.
2.    Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep – diri seseorang.
a)      Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :
1)      Perkembangan individu yang meliputi :
-          Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
-          Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang tuanya atau orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.
-          Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.
-          Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.
2)      Ideal diri
-          Individu selalu dituntut untuk berhasil.
-          Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
-          Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
b)      Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
1)      Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
2)      Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
c)      Perilaku
Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan mengobservasi penampilan klien, misalnya kebersihan, dandanan, pakaian.  Kemudian perawat mendiskusikannya dengan klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya. Gangguan perilaku pada gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :
Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
3.Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
a.    Mengejek dan mengkritik diri
b.    Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
c.    Mengalami gejala fisik, missal : tekanan darah tinggi
d.   Menunda keputusan
e.    Sulit bergaul
f.     Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
g.    Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
h.    Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhirinya hidup
i.      Merusak/melukai orang lain
j.      Perasaan tidak mampu
k.    Pandangan hidup yang pesimistis
l.      Tidak menerima pujian
m.  Penurunan produktivitas
n.    Penolakan terhadap kemampuan diri
o.    Kurang memerhatikan perawatan diri
p.    Berpakaian tidak rapih
q.    Berkurang selera makan
r.     Tidak berani menatap lawan bicara
s.     Lebih banyak menunduk
t.     Bicara lambat dengan nada suara lemah.
4.Penatalaksanaan
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :
a.    Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1)   Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
2)   Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
3)   Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia
4)   Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
5)   Tidak menyebabkan kantuk
6)   Memperbaiki pola tidur
7)   Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
8)   Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
b.    Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
c.    Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
d.   Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
5.  MEKANISME KOPING
1.      Jangka pendek
a.       Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b.      Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c.       Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d.      Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).



2.      Jangka panjang
a.       Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut.
b.      Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
c.       Mekanisme pertahanan ego:
1.      Penggunaan fantasi
2.      Disosiasi
3.      Isolasi
4.      Projeksi
5.      Pergeseran ( displasement )
6.      Peretakan ( splitting )
7.      Berbalik marah pada diri sendiri
8.      Amuk
H.    PERILAKU
1.      Mengkritik diri sendiri
2.      Penurunan produktivitas
3.      Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4.      Gangguan dalam berhubungan
5.      Rasa penting yang berlebihan
6.      Perasaan tidak mampu
7.      Rasa bersalah
8.      Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9.      Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10.  Ketegangan peran yang dirasakan
11.  Pandangan hidup pesimis
12.  Penolakan tewrhadap kemampuan personal
13.  Destruktif terhadap diri sendiri
14.  Pengurangan diri
15.  Menarik diri secara social
16.  Penyalahgunaan zat
17.  Menarik diri dari realitas
18.  Khawatir
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.   Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual.  (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1.     Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2.     Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
3.     Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4.     Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5.     Psikososial
a.     Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
b.     Konsep diri
c.      Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d.     Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e.      Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f.       Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g.     Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.


h.     Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
i.       Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
j.       Status mental
1.     Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien.
2.     Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
3.     Aktivitas motorik
a.    Lesu, tegang, gelisah.
b.   Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
c.    Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
d.   Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e.    Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari
f.     Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4.     Alam perasaan
a.     Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b.     Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c.      Khawatir : objeknya belum jelas
5.     Afek
a.     Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan.
b.     Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c.      Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d.     Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6.     Interaksi selama wawancara
a.     Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b.     Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c.      Mudah tersinggung
d.     Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atautidak ramah
e.      Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f.       Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
g.     Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien berhalusinasi.
7.     Proses pikir
a.     Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b.     Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c.      Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya
d.     Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
e.      Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali
f.       Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g.     Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8.     Isi fikir
a.     Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b.     Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c.      Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d.     Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
e.      Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait pada dirinya.
f.       Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
g.     Waham :
1.     Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2.     Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan
3.     Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
4.     Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
5.     Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
6.     Waham yang bizar
a.     Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b.     Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai kenyataan
c.      Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6.  Tingkat kesadaran
a.     Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b.     Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c.      Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang terjadi dilingkungannya
d.     Orientasi : waktu, tempat dan orang
e.      Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f.       Memori
1.     Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
2.     Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.
3.     Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
4.     Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5.     Tingkat konsentrasi
a.     Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b.     Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c.      Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan ataupengurangan pada benda-benda yang nyata
d.     Daya tilik diri
1.     Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
2.     Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain ataulingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang
3.     Kebutuhan persiapan pulang
a.     Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b.     Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c.      Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d.     Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi penampilan dandanan klien.
e.      Istirahat dan tidur
Observasi  dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f.       Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g.     Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem pendukung yang dimiliki.
h.     Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i.       Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah.
j.       Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.

4.        Aspek medis
       Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
5.        Masalah Keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah  yaitu :
1.      Isolasi sosial : menarik diri
2.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional
3.      Gangguan citra tubuh
i. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart & Sundeen, 1998 : 41)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn E. Doenges, 1999 : 8 )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta stresor yang menunjang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
a.       Gangguan konsep diri : harga diri rendah 
1)      Definisi
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.


2)      Batasan karakteristik
a)      Mayor
(1)   Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
(2)   Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )
b)      Minor
(1)           Pengungkapan diri yang negatif
(2)           Ekpresi malu
(3)   Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian
(4)           Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
(5)           Pengabaian diri
(6)           Isolasi sosial
(Carpenito. L.J, 1998 : 353 )
b.      Isolasi sosial : menarik diri
1)      Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa ( kehilangan, perubahan ).
2)      Batasan karakteristik
a)      Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif menyatakan perasaan negatif tentang dirinya (putus asa, tidak berguna).
b)      Minor
(1)   Pernyataan negatif atas dirinya
(2)   Mengekspresikan rasa malu, bersalah.
(3)   Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
(4)   Kesulitan membuat keputusan
(5)   Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)
(6)   Mengisolasi diri
(  Carpenito .L.J, 1998 : 853)
c.       Gangguan citra tubuh
1)      Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam cara penerapan citra diri seseorang.


2)      Batasan karakteristik
a)      Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap  perubahan aktual atau dalam struktur dan / atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)
b)      Minor
(1)       Tidak terlihat pada bagian tubuh
(2)       Tidak menyentuh bgian tubuh
(3)       Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan
(4)       Perubahan dalam keterlibatan sosial
(5)       Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada kekuatan, kerentanan
(6)       Larut dalam perubahan atau kehilangan
(7)       Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual
(8)       Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan
(9)       Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang makan)
 (  Carpenito. L.J, 2001:348)
2.    Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
a.       Harga Diri Rendah
b.      Isolasi Sosial
c.       Defisit Perawatan Diri
3.    Rencana Tindakan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pasien
Untuk mengatasi masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Tindakan keperawatan pada pasien :
a.    Tujuan :
1)      Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2)      Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3)      Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4)      Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5)      Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
Tindakan keperawatan :
1)   Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :
a.    Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang  dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b.    Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
2)   Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
a.    Mendiskusikan dengan pasien  kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
b.    Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien
c.    Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3)   Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
a.    Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b.    Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
4)   Melatih kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
a.    Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b.    Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c.    Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien
5)   Membantu menyusun jadwal pelaksanaan  kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal berikut :
a.    Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
b.    Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
c.    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
d.   Susun  jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.
4.  Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien. Petunjuk dalam implementasi :
a.       Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b.      Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien dalam situasi yang tepat.
c.       Dokumentasi intrvensi dan respon klien.
(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi terapeutik yang terdiri dari :
1)      Fase Pra Interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2)      Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat dengan klien.


3)      Fase Orientasi
a)      Memberi salam terapeutik
b)      Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa keperawatan.
c)      Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan kontrak sebelumnya.
4)      Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5)      Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
a)      Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
b)      Terminasi Akhir
(1)   Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
(2)   Merencanakan tindak lanjut.
(3)   Mengeksplorasi perasaan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a.       Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang telah dilakukan.
b.      Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S :      Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A   :   Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P    :   Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut berupa :              
1)      Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2)      Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil tidak memuaskan.
3)      Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4)      Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
Pada akhir keperawatan diharapkan :
a)      Klien mampu :
1)      Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang dimiliki klien.
2)      Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3)      Klien membuat rencana kegiatan
4)      Klien membuat rencana kegiatan
5)      Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6)      Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7)      Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8)      Meminta bantuan keluarga
9)      Melakukan follow up secara teratur
b)      Keluarga mampu :
1)      Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
2)      Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3)      Menolong klien menggunakan obat dan follow up.





DAFTAR PUSTAKA



Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 rizka_hp blog All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates