MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA HARGA DIRI RENDAH
Oleh:
1.Lilik Noviani
2. Rizka Hidayatul P
PRODI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL’ULUM JOMBANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1).
Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat
kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat
2010.(http//www.pikiran rakyat.com)
Jumlah
penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah
penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan
ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan
tersebut diperparah dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti
bencana alam, diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran, Lumpur panas
sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak politik lokal
diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persaingan antar individu merupakan
salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
Penyebab
gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik
dan ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu
karena frustasi.
Stigma
penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar
untuk meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang
sudah sembuh dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para
pasien itu memilih untuk tinggal lagi di rumah sakit karena mendapatkan
perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya. Keluarga mereka merasa malu karena
ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya tidak sedikit yang memilih
kabur.
B. Tujuan
Penulisan
1.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan
pengalaman langsung dalam memberikan asuhan keperawatan klien Ny. B dengan
Harga Diri Rendah Kronis.
1.2 Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis, penyusun akan
dapat :
1) Melakukan pengkajian
pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.
2) Merumuskan diagnosa
keperawatan yang timbul pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.
3) Merencanakan tindakan
keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis.
4) Melaksanakan
tindakan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah
Kronis.
5) Membuat evaluasi dari
tindakan keperawatan pada klien dengan Harga Diri
Rendah Kronis.
6) Membuat dokumentasi
asuhan keperawatan pada klien dengan Harga Diri
Rendah Kronis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. DEFINISI
Harga
diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa
kesesuaian prilaku dengan ideal diri
Harga
diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk
menilainya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan
sundeen,1991).
Gangguan
harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan
diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend,
Mary C, 1998)
Gangguan
harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda
Juall-Moyet, 2007)
Harga
diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga
diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.
Konsep diri terdiri atas
komponen-komponen berikut ini :
a. Citra
tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body
Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart
& Sundeen, 1998).
b. Ideal
Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi
individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar,
aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen,
1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita –
cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas
Diri (Self Identifity)
Identitas adalah
pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart & Sundeen,
1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung
sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja
d. Peran
Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
berbagai kelompok sosial.Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih
oleh individu (Stuart & Sundeen, 1998).
e. Harga
Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian
individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik
perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga
(Stuart & Sundeen, 1998.
2. Etiologi
Harga diri rendah sering
disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya
kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan
ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta
terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998
: 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor
internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber
(fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Berbagai faktor menunjang
terjadinya perubahan dalam konsep – diri seseorang.
a) Faktor
Predisposisi
Ada beberapa faktor
predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :
1) Perkembangan
individu yang meliputi :
- Adanya
penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian
dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai
orang lain.
- Kurangnya
pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang tuanya atau orang tua yang
penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.
- Sikap
orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang
terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.
- Anak
menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.
2) Ideal
diri
- Individu
selalu dituntut untuk berhasil.
- Tidak
mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
- Anak
dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
b) Faktor
Presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor
pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin ditimbulkan dari sumber
internal dan eksternal seperti:
1) Gangguan
fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu dan
rendah diri.
2) Pengalaman
traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan
perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma
tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
c) Perilaku
Dalam melakukan pengkajian,
perawat dapat memulai dengan mengobservasi penampilan klien, misalnya
kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian perawat mendiskusikannya
dengan klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya.
Gangguan perilaku pada gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai berikut :
Perilaku berhubungan dengan
harga diri rendah. Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri.
3.Tanda
dan Gejala Harga Diri Rendah
a. Mengejek
dan mengkritik diri
b. Merasa
bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
c. Mengalami
gejala fisik, missal : tekanan darah tinggi
d. Menunda
keputusan
e. Sulit
bergaul
f. Menghindari
kesenangan yang dapat meberi rasa puas
g. Menarik
diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
h. Merusak
diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhirinya hidup
i. Merusak/melukai
orang lain
j. Perasaan
tidak mampu
k. Pandangan
hidup yang pesimistis
l. Tidak
menerima pujian
m. Penurunan
produktivitas
n. Penolakan
terhadap kemampuan diri
o. Kurang
memerhatikan perawatan diri
p. Berpakaian
tidak rapih
q. Berkurang
selera makan
r. Tidak
berani menatap lawan bicara
s. Lebih
banyak menunduk
t. Bicara
lambat dengan nada suara lemah.
4.Penatalaksanaan
Menurut hawari (2001),
terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi
daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Dosis
rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
2) Tidak
ada efek samping kalaupun ada relative kecil
3) Dapat
menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia
4) Lebih
cepat memulihkan fungsi kogbiti
5) Tidak
menyebabkan kantuk
6) Memperbaiki
pola tidur
7) Tidak
menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
8) Tidak menyebabkan
lemas otot.
Berbagai jenis obat
psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter,
dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine,
Zotatine, dan aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali
untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
c. Therapy
Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
d. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan
yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,1998).
Therapy aktivitas kelompok
dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy
aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang
paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
5. MEKANISME KOPING
1. Jangka
pendek
a. Aktivitas
yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser
musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b. Aktivitas
yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam
aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c. Aktivitas
sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif,
pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d. Aktivitas
yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).
2. Jangka
panjang
a. Punutupan
identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting
bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri
individu tersebut.
b. Identitas
negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat.
c. Mekanisme
pertahanan ego:
1. Penggunaan
fantasi
2. Disosiasi
3. Isolasi
4. Projeksi
5. Pergeseran
( displasement )
6. Peretakan
( splitting )
7. Berbalik
marah pada diri sendiri
8. Amuk
H. PERILAKU
1. Mengkritik
diri sendiri
2. Penurunan
produktivitas
3. Destruktif
yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan
dalam berhubungan
5. Rasa
penting yang berlebihan
6. Perasaan
tidak mampu
7. Rasa
bersalah
8. Mudah
tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan
negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang
dirasakan
11. Pandangan hidup pesimis
12. Penolakan tewrhadap
kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri
sendiri
14. Pengurangan diri
15. Menarik diri secara social
16. Penyalahgunaan zat
17. Menarik diri dari realitas
18. Khawatir
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian
adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan
spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun
isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan
perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan,
nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang
akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian
dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa
yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan
apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya,
apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada
klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada
klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa
tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram
menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan
persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien
terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status
dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas
atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan
klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat
klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan
klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien
terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri
Hubungan
klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam
berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan,
fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian
klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
h. Hubungan sosial
Tanyakan
orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain.
i. Spiritual
Nilai
dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
j. Status mental
1. Penampilan
Melihat
penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak
rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik /
berpakaian terhadap status psikologis klien.
2. Pembicaraan
Amati
pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti /
bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah.
b. Agitasi : gerakan motorik yang
menunjukan kegelisahan
c. Tik : gerakan-gerakan kecil otot
muka yang tidak terkontrol
d. Grimasem : gerakan otot muka yang
berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
e. Tremor : jari-jari yang bergetar
ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari
f. Kompulsif : kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang
berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti
sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman
muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada
stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat
berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan
atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik
terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau
pandangan yang tidak bersahabat atautidak
ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap
lawan bicara
f. Curiga : menunjukan sikap atau
peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
g. Persepsi
Jenis-jenis
halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial : pembicaraan yang
berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b. Tangensial : pembicaraan yang
berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan
tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya
d. Flight of ideas : pembicaraan
yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
e. Bloking : pembicaraan terhenti
tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali
f. Perseferasi : kata-kata yang
diulang berkali-kali
g. Perbigerasi : kalimat yang
diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul
walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang patologis
/ tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap
adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien
yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan
klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait
pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien
tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
g. Waham :
1. Agama : keyakinan klien terhadap
suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
2. Somatik : keyakinan klien
terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
keyakinan
3. Kebesaran : keyakinan klien yang
berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
4. Curiga : keyakinan klien bahwa
ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
5. Nihilistik : klien yakin bahwa
dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan secara berulang-ulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan
6. Waham yang bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ad aide
pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya, disampaikan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b. Siar pikir : klien yakin ada
orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun klien tidak pernah
menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak
sesuai kenyataan
c. Kontrol pikir : klien yakin
pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara berulang-ulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Tingkat kesadaran
a. Bingung : tampak bingung dan
kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b. Sedasi : mengatakan merasa
melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c. Stupor : gangguan motorik seperti
kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap yang
canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang terjadi
dilingkungannya
d. Orientasi : waktu, tempat dan
orang
e. Jelaskan apa yang dikatakan klien
saat wawancara
f. Memori
1. Gangguan mengingat jangka panjang
: tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
2. Gangguan mengingat jangka pendek
: tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.
3. Gangguan mengingat saat ini :
tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
4. Konfabulasi : pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi
gangguan daya ingatnya.
5. Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian mudah
berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b. Tidak mampu berkonsentrasi :
klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang
ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak
dapat melakukan penambahan ataupengurangan
pada benda-benda yang nyata
d. Daya tilik diri
1. Mengingkari penyakit yang
diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi)
pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
2. Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya : menyalahkan orang lain ataulingkungan yang menyebabkan
timbulnya penyakit atau masalah
sekarang
3. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan
frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air
Kecil
Observasi
kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), pergi
menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi
dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting
kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian
Observasi
kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi
penampilan dandanan klien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan
tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan
aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi
penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan
kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem
pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan
kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci
pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan
kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang
dilakukan di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data
didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
4. Aspek
medis
Tulis
diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien
saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
5. Masalah
Keperawatan
Dari
pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada
klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
1. Isolasi
sosial : menarik diri
2. Gangguan
konsep diri : harga diri rendah situasional
3. Gangguan
citra tubuh
i. Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang mencakup
baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang.
(Stuart & Sundeen, 1998 : 41)
Diagnosa
keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan
spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
(Marilyn E. Doenges, 1999 : 8 )
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu
cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien
serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif
maupun maladaptif serta stresor yang menunjang.
Diagnosa
keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah
adalah :
a. Gangguan
konsep diri : harga diri rendah
1) Definisi
Suatu
kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.
2) Batasan
karakteristik
a) Mayor
(1) Kekambuhan
episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian
kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
(2) Pengungkapan
perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )
b) Minor
(1) Pengungkapan
diri yang negatif
(2) Ekpresi
malu
(3) Evaluasi
diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian
(4) Kesukaran
mengambil keputusan Gelisah
(5) Pengabaian
diri
(6) Isolasi
sosial
(Carpenito.
L.J, 1998 : 353 )
b. Isolasi
sosial : menarik diri
1) Definisi
Harga
diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki
perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa
( kehilangan, perubahan ).
2) Batasan
karakteristik
a) Mayor
Kejadian
yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon
terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif menyatakan perasaan
negatif tentang dirinya (putus asa, tidak berguna).
b) Minor
(1) Pernyataan
negatif atas dirinya
(2) Mengekspresikan
rasa malu, bersalah.
(3) Penilaian
diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
(4) Kesulitan
membuat keputusan
(5) Mengabaikan
diri (tidak peduli pada diri sendiri)
(6) Mengisolasi
diri
( Carpenito
.L.J, 1998 : 853)
c. Gangguan
citra tubuh
1) Definisi
Keadaan
dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam cara
penerapan citra diri seseorang.
2) Batasan
karakteristik
a) Mayor
Respon
negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam
struktur dan / atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah,
reaksi mendadak)
b) Minor
(1) Tidak
terlihat pada bagian tubuh
(2) Tidak
menyentuh bgian tubuh
(3) Bersembunyi
atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan
(4) Perubahan
dalam keterlibatan sosial
(5) Perasaan
terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada
kekuatan, kerentanan
(6) Larut
dalam perubahan atau kehilangan
(7) Penolakan
untuk membuktikan perubahan aktual
(8) Depersonalisasi
bagian tubuh atau kehilangan
(9) Tingkah
laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang
makan)
( Carpenito.
L.J, 2001:348)
2. Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan data diatas,
yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui
sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
sebagai berikut:
a. Harga
Diri Rendah
b. Isolasi
Sosial
3. Rencana
Tindakan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pasien
Untuk mengatasi masalah
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Tindakan
keperawatan pada pasien :
a. Tujuan
:
1) Pasien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien
dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien
dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien
dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien
dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
Tindakan
keperawatan :
1) Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat
dapat :
a. Mendiskusikan
bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti
kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b. Beri
pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif.
2) Membantu
pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut,
saudara dapat :
a. Mendiskusikan
dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
b. Bantu
pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien
c. Perlihatkan
respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3) Membantu
pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih Tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah :
a. Mendiskusikan
dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b. Bantu
pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana
kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja
yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
4) Melatih
kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan
tersebut saudara dapat melakukan:
a. Mendiskusikan
dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b. Bersama
pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c. Berikan
dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien
5) Membantu
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan
keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal berikut :
a. Memberi
kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
b. Beri
pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
c. Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
d. Susun
jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan
mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.
4. Implementasi
Implementasi
adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien.
Petunjuk dalam implementasi :
a. Intervensi
dilakukan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilam
interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien dalam
situasi yang tepat.
c. Dokumentasi
intrvensi dan respon klien.
(Keliat,
Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam
pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi
terapeutik yang terdiri dari :
1) Fase
Pra Interaksi
Pra
interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat
untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2) Fase
Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan
pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta
pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat
dengan klien.
3) Fase
Orientasi
a) Memberi
salam terapeutik
b) Mengevaluasi
dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa
keperawatan.
c) Membuat
kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan
kontrak sebelumnya.
4) Fase
Kerja
Fase kerja merupakan inti
hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang
sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat
mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5) Fase
Terminasi
Fase terminasi merupakan
fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik yang sudah
terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
a) Terminasi
sementara
Adalah
terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
b) Terminasi
Akhir
(1) Mengevaluasi
respon klien setelah tindakan keperawatan.
(2) Merencanakan
tindak lanjut.
(3) Mengeksplorasi
perasaan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi
adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang
erat.
Evaluasi
dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi
formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil
tindakan yang telah dilakukan.
b. Sumatif
yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.
Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S
: Respon subjektif klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan.
O
: Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa
ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau
muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan
atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut berupa
:
1) Rencana
teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana
dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
tidak memuaskan.
3) Rencana
dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah
yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4) Rencana
atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
Pada
evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang
positif. Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil
yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah
klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari
potensi dirinya.
Evaluasi
keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
Pada
akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien
mampu :
1) Klien
dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang
dimiliki klien.
2) Klien
menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien
membuat rencana kegiatan
4) Klien
membuat rencana kegiatan
5) Klien
melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien
mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan
kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8) Meminta
bantuan keluarga
9) Melakukan follow
up secara teratur
b) Keluarga
mampu :
1) Mengidentifikasi
terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
2) Merawat
klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong
klien menggunakan obat dan follow up.
DAFTAR PUSTAKA