Askep Kep anak Kejang demam.


MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM
Description: unipdu warna
 













Oleh :
Rizka hidayatul Putri








PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM  JOMBANG
2016


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,karena dengan rahmat,taufiq dan hidayah Nya kami selaku penulis mendapatkan kesempatan dan di beri kesehatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan.

Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan KEJANG DEMAM” ini diajukan sebagai tugas presentasi mata kuliah Keperawatan Anak, pada jurusan D-3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.

Dalam penyelesaian tugas ini,kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna kuntuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
  
Jombang,    September2016

  Penyusun






DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................          2
Daftar Isi.......................................................................................................          3
BAB I Pendahuluan......................................................................................          4
1.1  Latar Belakang........................................................................................          4
1.2  Tujuan.....................................................................................................          4
BAB 2 Konsep Teori.....................................................................................          5
2.1  Definisi...................................................................................................          5
2.2  Etiologi...................................................................................................         7
2.3  Patofisiologi............................................................................................          7
2.4  Tanda dan Gejala....................................................................................          9
2.5 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................          9
2.6  Komplikasi..............................................................................................          9
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................          10
BAB 3 Asuhan Keperawatan........................................................................          12
3.1  Pengkajian...............................................................................................          12
3.2  Diagnosa Keperawatan...........................................................................          13
3.3 Intervensi................................................................................................. `        13
BAB 3 Penutup.............................................................................................          22
A.  Kesimpulan..............................................................................................          22
B.  Saran........................................................................................................          22
Daftar Pustaka...............................................................................................         23 








BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
 Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan   mengakibatkan kerusakan sel-sel otak terutama adanya cacat baik secara  fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .

1.2 Tujuan
Tujuan umum        : - Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Tujuan khusus       : - Mengetahui penyebab ataupun beberapa factor  8penyebab terjadinya Demam kejang pada Anak

                                            
                                   





BAB 2
KOSEP MEDIS

2.1 Definisi
Kejang Demam ialah Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang Demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.
Jenis Jenis Kejang Demam:
1.   Kejang parsial ( fokal, lokal )
a.       Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal    berikut ini :
Ø    Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
Ø    Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Ø    Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,   merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
Ø  Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b.      Kejang parsial kompleks
Ø    Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
Ø     Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap  – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
Ø    Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2.Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a.Kejang absens
Ø Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
Ø Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
Ø Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b.                                                                      Kejang mioklonik
Ø  Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
Ø  Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
Ø  Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
Ø  Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c.                                                                       Kejang tonik klonik
Ø  Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
Ø  Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
Ø  Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
Ø  Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d.                                                                      Kejang atonik
Ø  Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
Ø  Singkat dan terjadi tanpa peringatan
Ciri Ciri Kejang Demam
1.      Demam tinggi 38,5 ºC
2.      Kejang umum (seluruh tubuh)
3.      Tidak sadarkan diri
4.      Mata mendelik ke atas
5.      nafas agak terganggu
6.      berlangsung ≤ 15 menit
7.    pasca kejang anak tampak diam, mengantuk, tertidur yang berlangsung beberapa detik, menit, kemudian pulih seperti biasa.
8.      Tidak ditemukan kelainan fungsi saraf sebelum maupun sesudah kejang.

2.2 Etiologi
Hingga kini belum di ketahui secara pasti.Demam sering di sebabkan infeksi saluran pernafasan atas,otitis media,pneumonia,gastroenteritis,dan infeksi saluran kemih.Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.kadang kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.

2.3 PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

2.4 Tanda dan Gejala
            Umumnya kejang demam berlangsung singkat,terjadi pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat.Berupa serangan kejang klonik atau tonik tonik bilateral.Bentuk Kejang yang lain dapat juga terajdi seperti mata terbalik ke atas.Serangan kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang 80% berlangsung kurang dari 15 menit.Sering kali kejang berhenti sendiri setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuksejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali.Kejang berulang menyebabkan anak menderita epilepsy.
Sebagian besar kejang berlangusng kurang dari 6 menit dan kurang 80 % berlangsung lebih dari 15 menit.
2.5 Komplikasi
Yang sering terjadi pada kejang demam adalah :
1.      Hipoksia.
2.      Hiperpireksia.
3    Edema Otak    
2.6  Pemeriksaan Menunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1.      Darah
Glukosa Darah       :  Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)
BUN                      :  Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit                :  K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2.         Cairan Cerebo Spinal    :    Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
3.         EEG                              :    Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
4.         CT Scan                        :    Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.

2.7 Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a.       Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti senderi, pada waktu pasien sedang kejang semua pakaian yang ketat dibuka, dan pasien dimiringkan apabila muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Penghisapan lender dilakukan secara teratur, diberikan oksigen, kalau perlu dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik. Diazepam adlah pilihan utama dengan pemberian secara intravena dan intrarektal.
b.      Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian dilakukan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai mengalami meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas, sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan pada pasien berumur kurang dari 18 bulan. Pemeriksaan laboratorium lain perlu dilakukan untuk mencari penyebab.
c.       Pengobatan profilaksis
 Pencegahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karna
   menakutkan dan bila sering berulang menyebabkan kerusakan
   otak yang menetap.
Ada dua cara profilaksis yaitu:
1.      Profilaksis intermittent pada waktu demam.
2.      Profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan tiap hari.
Profilaksis intermittent
Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan orang tua pasien mengetahui dengan cepat adanya demam. Obat yang diberikan harus cepat diabsorvasi dan cepat masuk ke otak. Diazepam intermittent memberikan hasil lebih baik karena penyerepannya lebih cepat.
3.      Profilaksis terus-menerus
Pemberian venobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dengan kadar darah 16 ug/ml dalam darah menunjukkan hasil yang bermakna untuk
mencegah berulangnya kejang demam.
Penghentian kejang
Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dan intrarektal.
Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg atau menit atau dalam waktu dari 2 menit, dosis maksimal 20 mg. apabila kejang tidak berhenti dapat diberikan diazepam lagi dengan dosis dan cara yang sama.







              



BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
  1. Data subyektif
o    Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
o    Riwayat Penyakit
1.      Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan : Apakah betul ada kejang ? Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak
2.      Apakah disertai demam ? Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.
3.      Lama serangan ? Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.
4.      Pola serangan
§  Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
§  Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik ?
§  Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
§  Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ? Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
5.      Frekuensi serangan ? Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
6.      Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan ? Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
7.      Riwayat penyakit sekarang yang menyertai ? Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
8.      Riwayat penyakit dahulu
§  Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
§  Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
9.      Riwayat kehamilan dan persalinan ? Kedaan ibu sewaktu hamil pertrimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
10.  Riwayat imunisasi ? Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
11.  Riwayat perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
§  Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
§  Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
§  Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
§  Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
12.  Riwayat kesehatan keluarga.
§  Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan)
§  Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya?
§  Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.

13.  Riwayat sosial
§  Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh mengasuh anak?
§  Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
14.  Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
§  Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
§  Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
§  Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
§  Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?
§  Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
15.  Pola nutrisi
§  Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
§  Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
16.  Pola eliminasi
§  BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
§  BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
17.  Pola aktivitas dan latihan
§  Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya?
§  Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam?
§  Aktivitas apa yang disukai?
18.  Pola tidur/istirahat
§  Berapa jam sehari tidur?
§  Berangkat tidur jam berapa?
§  Bangun tidur jam berapa?
§  Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
2.        Data Obyektif
o    Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
o    Pemeriksaan Fisik
1.      Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?
2.      Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
3.      Muka/ wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
4.      Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
5.      Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
6.      Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
7.      Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
8.      Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
9.      Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
10.  Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
11.  Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
12.  Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
13.  Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
14.  Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
15.  Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?

3.        Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan carpenito (2000 : 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
  1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
  2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
  3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif  bd reduksi aliran darah ke otak
  4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi

4.   Intervensi
a.      Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses keperawatan diharapkan resiko cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil
NOC: Pengendalian Resiko
-     Pengetahuan tentang resiko
-     Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko
-     Monitor kemasan personal
-     Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko
-     Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian resiko
Indikator skala :
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadang adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
NIC : mencegah jatuh
-     Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn potensial jatuh dalam setiap keadaan
-     Identifikasi mkarakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial jatuh
-     Monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
-     Instruskan pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau bergerak

b.      Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang norma
NOC :  Themoregulation
-     Suhu tubuh dalam rentang normal
-     Nadi dan RR dalam rentang normal
-     Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing
Indicator skala
1   : ekstrem
2   : berat
3   : sedang
4   : ringan
5   : tidak ada gangguan
NIC :   Temperatur regulation
-     Monitor suhu minimal tiap 2 jam
-     Rencanakan monitor suhu secara kontinyu
-     Monitor tanda –tanda hipertensi
-     Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
-     Monitor nadi dan RR

c.       Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi  aliran darah ke otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal
dengan kriteria hasil :
NOC : status sirkulasi
-        TD sistolik dbn
-        TD diastole dbn
-        Kekuatan nadi dbn
-        Tekanan vena sentral dbn
-        Rata- rata TD dbn
Indicator skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
NIC : monitor TTV:
-        Monitor Td, Nadi, Suhu, Respirasi Rate
-        Catat Adanya Fluktuasi Td
-        Monitor Jumlah Dan Irama Jantung
-        Monitor Bunyi Jantung
-        Monitor Td Pada Saat Klien Berbarning, Duduk, Berdiri
NIC II : status neurologia
-        Monitor Tingkat Kesadran
-        Monitor Tingkat Orientasi
-        Monitor Status Ttv
-        Monitor Gcs

d.      Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi pasien
NOC :  knowledge ; diease proses
-        Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan
-        Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
-        Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya

Indicator skala :
1.   Tidak pernah dilakukan
2.   Jarang dilakukan
3.   Kadang dilakukan
4.   Sering dilakukan
5.   Selalu dilakukan
NIC :   Teaching : diease process
-        Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
-        Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat
-        Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
-        Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat
























BAB 3
PENUTUP

A.       Kesimpulan
        Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.
            Kejang Demam pada anak harus cepat di tangani dengan cepat karena bisa berakibat fatal menyebabkan kerusakan pada otak sehingga mengganggu persyarafan.

B.        Saran
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan apabila ada kekurangan, kami mohon saran dan kritik membangun sehingga dapat saya tingkatkan dikemudian hari.
                      








DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah,2005.Perawatan Anak Sakit.Edisi 2.EGC:Jakarta.
Ergle, Joyse, 1999. Penghasilan Pediatrik. Edisi 2. EGC : Jakarta.
Nelson, 1993. Ilmu kesehatan Anak. Bagian 2, EGC : Jakarta.

Lynda juall C, 1999, RencanaAsuhandanDokumentasiKeperawatan, Penerjemah Monika Ester,EGC, Jakarta.
Marilyn E. Doengos 1999, RencanaAsuhanKeperawatan, PenerjemahKariasa I Made, EGC, Jakarta











Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 rizka_hp blog All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates