MAKALAH
KEPERAWATAN ANAK
DENGAN
DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM
Oleh :
Rizka hidayatul Putri
PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT,karena dengan rahmat,taufiq dan hidayah Nya kami
selaku penulis mendapatkan kesempatan dan di beri kesehatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan.
Makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan KEJANG
DEMAM” ini diajukan sebagai tugas presentasi mata
kuliah Keperawatan Anak, pada jurusan D-3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
Dalam
penyelesaian tugas ini,kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan guna kuntuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Jombang, September2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ 2
Daftar Isi....................................................................................................... 3
BAB
I Pendahuluan...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4
1.2 Tujuan..................................................................................................... 4
BAB
2 Konsep Teori..................................................................................... 5
2.1 Definisi................................................................................................... 5
2.2 Etiologi................................................................................................... 7
2.3 Patofisiologi............................................................................................ 7
2.4
Tanda dan Gejala.................................................................................... 9
2.5 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 9
2.6
Komplikasi.............................................................................................. 9
2.7 Penatalaksanaan....................................................................................... 10
BAB 3 Asuhan Keperawatan........................................................................ 12
3.1 Pengkajian............................................................................................... 12
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................... 13
3.3
Intervensi................................................................................................. ` 13
BAB 3
Penutup............................................................................................. 22
A. Kesimpulan.............................................................................................. 22
B.
Saran........................................................................................................ 22
Daftar
Pustaka...............................................................................................
23
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang
paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran
pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997;
229).
Bangkitan
kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak terutama
adanya cacat baik secara fisik, mental
atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar
Wahidiyah, 1985 : 858) .
1.2 Tujuan
Tujuan
umum : - Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Tujuan khusus : - Mengetahui penyebab ataupun beberapa factor 8penyebab terjadinya Demam kejang pada Anak
BAB 2
KOSEP MEDIS
2.1 Definisi
Kejang Demam ialah Bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38ºC) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang Demam adalah suatu kejadian
pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu.
Jenis Jenis Kejang Demam:
1.
Kejang parsial ( fokal, lokal )
a.
Kejang parsial sederhana :
Kesadaran
tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
Ø
Tanda – tanda motoris, kedutan
pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
Ø
Tanda atau gejala otonomik:
muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Ø
Gejala somatosensoris atau
sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh
dari udara, parestesia.
Ø Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b.
Kejang parsial kompleks
Ø Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks
Ø Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang
pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
Ø
Dapat tanpa otomatisme :
tatapan terpaku
2.Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a.Kejang absens
Ø
Gangguan kewaspadaan dan
responsivitas
Ø Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari
15 detik
Ø Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh
b.
Kejang mioklonik
Ø
Kedutan – kedutan involunter
pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
Ø
Sering terlihat pada orang
sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari
bahu, leher, lengan atas dan kaki.
Ø
Umumnya berlangsung kurang dari
5 detik dan terjadi dalam kelompok
Ø
Kehilangan kesadaran hanya
sesaat.
c.
Kejang tonik klonik
Ø
Diawali dengan kehilangan
kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan
wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
Ø
Dapat disertai hilangnya
kontrol usus dan kandung kemih
Ø
Saat tonik diikuti klonik pada
ekstrenitas atas dan bawah.
Ø
Letargi, konvulsi, dan tidur
dalam fase postictal
d.
Kejang atonik
Ø
Hilngnya tonus secara mendadak
sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke
tanah.
Ø
Singkat dan terjadi tanpa
peringatan
Ciri Ciri Kejang Demam
1.
Demam tinggi 38,5 ºC
2.
Kejang umum (seluruh tubuh)
3.
Tidak sadarkan diri
4.
Mata mendelik ke atas
5.
nafas agak terganggu
6.
berlangsung ≤ 15 menit
7.
pasca kejang anak tampak diam,
mengantuk, tertidur yang berlangsung beberapa detik, menit, kemudian pulih
seperti biasa.
8.
Tidak ditemukan kelainan fungsi
saraf sebelum maupun sesudah kejang.
2.2 Etiologi
Hingga kini belum di ketahui secara pasti.Demam
sering di sebabkan infeksi saluran pernafasan atas,otitis
media,pneumonia,gastroenteritis,dan infeksi saluran kemih.Kejang tidak selalu
timbul pada suhu yang tinggi.kadang kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang.
2.3 PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan
yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi
singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi
kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya
aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor
terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang
dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga
terjadi epilepsi.
2.4 Tanda
dan Gejala
Umumnya
kejang demam berlangsung singkat,terjadi pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat.Berupa serangan kejang klonik
atau tonik tonik bilateral.Bentuk Kejang yang lain dapat juga terajdi seperti
mata terbalik ke atas.Serangan kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang
80% berlangsung kurang dari 15 menit.Sering kali kejang berhenti sendiri
setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuksejenak tapi
setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali.Kejang
berulang menyebabkan anak menderita epilepsy.
Sebagian besar kejang berlangusng kurang dari
6 menit dan kurang 80 % berlangsung lebih dari 15 menit.
2.5 Komplikasi
Yang sering terjadi pada kejang demam adalah :
1.
Hipoksia.
2.
Hiperpireksia.
3
Edema Otak
2.6
Pemeriksaan
Menunjang
Tergantung
sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1. Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia
merupakan predisposisi kejang (N <
200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi
kejang
Kalium
( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium
( N 135 – 144 meq/dl )
2.
Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang.
3.
EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak
melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil
biasanya normal.
4.
CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik
hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti senderi, pada waktu
pasien sedang kejang semua pakaian yang ketat dibuka, dan pasien dimiringkan
apabila muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas harus bebas agar
oksigenisasi terjamin. Penghisapan lender dilakukan secara teratur, diberikan
oksigen, kalau perlu dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital seperti kesadaran,
suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi
diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik. Diazepam adlah
pilihan utama dengan pemberian secara intravena dan intrarektal.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam
yang pertama. Walaupun demikian dilakukan dokter melakukan pungsi lumbal hanya
pada kasus yang dicurigai mengalami meningitis atau bila kejang demam
berlangsung lama. Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas,
sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan,
dan dianjurkan pada pasien berumur kurang dari 18 bulan. Pemeriksaan
laboratorium lain perlu dilakukan untuk mencari penyebab.
c. Pengobatan profilaksis
Pencegahan
berulangnya kejang demam perlu dilakukan karna
menakutkan
dan bila sering berulang menyebabkan kerusakan
otak
yang menetap.
Ada dua cara profilaksis yaitu:
1.
Profilaksis
intermittent pada waktu demam.
2.
Profilaksis
terus-menerus dengan antikonvulsan tiap hari.
Profilaksis intermittent
Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu
pasien demam dengan ketentuan orang tua pasien mengetahui dengan cepat adanya
demam. Obat yang diberikan harus cepat diabsorvasi dan cepat masuk ke otak.
Diazepam intermittent memberikan hasil lebih baik karena penyerepannya lebih
cepat.
3.
Profilaksis
terus-menerus
Pemberian venobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dengan
kadar darah 16 ug/ml dalam darah menunjukkan hasil yang bermakna untuk
mencegah berulangnya kejang demam.
Penghentian kejang
Obat yang paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dan intrarektal.
Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB
perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg atau menit atau dalam waktu
dari 2 menit, dosis maksimal 20 mg. apabila kejang tidak berhenti dapat
diberikan diazepam lagi dengan dosis dan cara yang sama.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
- Data subyektif
o
Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
o
Riwayat Penyakit
1.
Riwayat penyakit yang diderita
sekarang tanpa kejang ditanyakan : Apakah betul ada kejang ? Diharapkan ibu
atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak
2.
Apakah disertai demam ? Dengan
mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah
infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak
antara timbulnya kejang dengan demam.
3.
Lama serangan ? Seorang ibu
yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan
kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan
pengobatan.
4.
Pola serangan
§
Perlu diusahakan agar diperoleh
gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik,
klonik ?
§
Apakah serangan berupa
kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik ?
§
Apakah serangan berupa tonus
otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
§
Apakah serangan dengan kepala
dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang kepala, seperti pada
spasme infantile ? Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
5.
Frekuensi serangan ? Apakah penderita
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan
berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang
timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
6.
Keadaan sebelum, selama dan
sesudah serangan ? Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan
tertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit
kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah
kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran
menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
7.
Riwayat penyakit sekarang yang
menyertai ? Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili
dan lain-lain.
8.
Riwayat penyakit dahulu
§
Sebelum penderita mengalami
serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
§
Apakah ada riwayat trauma
kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
9.
Riwayat kehamilan dan
persalinan ? Kedaan ibu sewaktu hamil pertrimester, apakah ibu pernah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam
sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat
persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan
(forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama
neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan
kejang-kejang.
10.
Riwayat imunisasi ? Jenis
imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat
imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
11.
Riwayat perkembangan
Ditanyakan
kemampuan perkembangan meliputi :
§
Personal sosial
(kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
§
Gerakan motorik halus :
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil
dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu
benda, dan lain-lain.
§
Gerakan motorik kasar :
berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
§
Bahasa : kemampuan memberikan
respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
12.
Riwayat kesehatan keluarga.
§
Adakah anggota keluarga yang
menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan)
§
Adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit syaraf atau lainnya?
§
Adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan terjadinya kejang demam.
13.
Riwayat sosial
§
Untuk mengetahui perilaku anak
dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh mengasuh anak?
§
Bagaimana hubungan dengan
anggota keluarga dan teman sebayanya ?
14.
Pola kebiasaan dan fungsi
kesehatan
§
Ditanyakan keadaan sebelum dan
selama sakit bagaimana ?
§
Pola kebiasaan dan fungsi ini
meliputi :
§
Pola persepsi dan tatalaksanaan
hidup sehat
§
Gaya hidup yang berkaitan
dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada
setiap perawatan dan tindakan medis ?
§
Bagaimana pandangan terhadap
penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila
ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
15.
Pola nutrisi
§
Untuk mengetahui asupan
kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan
yang dikonsumsi oleh anak ?
§
Makanan apa saja yang disukai
dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan
jumlahnya per hari ?
16.
Pola eliminasi
§
BAK : ditanyakan frekuensinya,
jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah
terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
§
BAB : ditanyakan kapan waktu
BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau
berlendir ?
17.
Pola aktivitas dan latihan
§
Apakah anak senang bermain
sendiri atau dengan teman sebayanya?
§
Berkumpul dengan keluarga
sehari berapa jam?
§
Aktivitas apa yang disukai?
18.
Pola tidur/istirahat
§
Berapa jam sehari tidur?
§
Berangkat tidur jam berapa?
§
Bangun tidur jam berapa?
§
Kebiasaan sebelum tidur,
bagaimana dengan tidur siang ?
2.
Data Obyektif
o
Pemeriksaan Umum
Pertama
kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi
sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang
tanpa kelainan neurologi.
o
Pemeriksaan Fisik
1.
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?
2.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
3.
Muka/ wajah
Paralisis
fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak
menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda
rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
4.
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
5.
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
6.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
7.
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
8.
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
9.
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
10.
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
11.
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
12.
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
13.
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
14.
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
15.
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
3.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes, dkk (1999
: 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan carpenito (2000 : 132), diagnosa yang
mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
- Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
- Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus
- Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran
darah ke otak
- Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi
4. Intervensi
a. Resiko
tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses keperawatan diharapkan
resiko cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil
NOC: Pengendalian Resiko
- Pengetahuan
tentang resiko
- Monitor
lingkungan yang dapat menjadi resiko
- Monitor
kemasan personal
- Kembangkan
strategi efektif pengendalian resiko
- Penggunaan
sumber daya masyarakat untuk pengendalian resiko
Indikator skala :
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadang
adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
NIC : mencegah jatuh
- Identifikasi
faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn potensial jatuh
dalam setiap keadaan
- Identifikasi
mkarakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial jatuh
- Monitor
cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
- Instruskan
pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau bergerak
b. Hipertermi
b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
suhu dalam rentang norma
NOC : Themoregulation
-
Suhu tubuh dalam rentang normal
-
Nadi dan RR dalam rentang normal
-
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing
Indicator
skala
1 : ekstrem
2
: berat
3
: sedang
4
: ringan
5
: tidak ada gangguan
NIC
: Temperatur regulation
- Monitor
suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan
monitor suhu secara kontinyu
- Monitor
tanda –tanda hipertensi
- Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi
- Monitor
nadi dan RR
c. Perfusi
jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran darah ke
otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal
dengan kriteria hasil :
NOC : status sirkulasi
- TD
sistolik dbn
- TD
diastole dbn
- Kekuatan
nadi dbn
- Tekanan
vena sentral dbn
- Rata-
rata TD dbn
Indicator skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
NIC : monitor TTV:
-
Monitor Td, Nadi, Suhu, Respirasi Rate
-
Catat Adanya Fluktuasi Td
-
Monitor Jumlah Dan Irama Jantung
-
Monitor Bunyi Jantung
-
Monitor Td Pada Saat Klien Berbarning, Duduk, Berdiri
NIC II : status neurologia
- Monitor
Tingkat Kesadran
- Monitor
Tingkat Orientasi
- Monitor
Status Ttv
- Monitor
Gcs
d. Kurang
pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga
mengerti tentang kondisi pasien
NOC : knowledge ; diease proses
- Keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan
- Keluarga
mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
- Keluarga
mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya
Indicator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Teaching : diease process
- Berikan
penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
- Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
fisiologi dengan cara yang tepat
- Gambarkan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
- Identifikasikan
kemungkinan dengan cara yang tepat
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling
sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan
bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.
Kejang Demam pada anak harus cepat di tangani dengan cepat karena bisa berakibat fatal menyebabkan kerusakan pada otak sehingga mengganggu persyarafan.
Kejang Demam pada anak harus cepat di tangani dengan cepat karena bisa berakibat fatal menyebabkan kerusakan pada otak sehingga mengganggu persyarafan.
B.
Saran
Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan apabila ada kekurangan, kami
mohon saran dan kritik membangun sehingga dapat saya tingkatkan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah,2005.Perawatan Anak Sakit.Edisi
2.EGC:Jakarta.
Ergle, Joyse, 1999. Penghasilan Pediatrik.
Edisi 2. EGC : Jakarta.
Nelson, 1993. Ilmu kesehatan Anak. Bagian 2,
EGC : Jakarta.
Lynda juall C, 1999, RencanaAsuhandanDokumentasiKeperawatan,
Penerjemah Monika Ester,EGC, Jakarta.
Marilyn E. Doengos 1999, RencanaAsuhanKeperawatan,
PenerjemahKariasa I Made, EGC, Jakarta